Antara Kemanusiaan & Kehambaan : Detik-Detik Penyembelihan Ismail a. s.


Antara Kemanusiaan & Kehambaan : Detik-Detik Penyembelihan Ismail a. s.

Oleh :  Mohd Fadli Yusof

  

Ketika penyembelihan hendak dilaksanakan, Ismail a.s berkata kepada ayahnya:

"Wahai ayah, saya ingin sampaikan beberapa permintaan kepada ayah:
  • Hendaklah ayah mengikat tangan saya, supaya saya tidak meronta-ronta, yang akan menyulitkan ayah;
  • hendaklah wajah saya dihadapkan ke tanah, supaya ayah tidak melihat wajah saya yang akan menimbulkan kasih sayang ayah kepada saya; 
  • hendaklah ayah melipatkan kain ayah, supaya tidak berlumuran darah sedikitpun, sehingga mengurangi pahala saya dan mungkin juga akan diketahui ibu, sehingga dia menjadi susah; 
  • hendaklah ayah mengasah pisau ayah, agar mempercepatkan jalannya atas leher saya, supaya meringankan rasa sakit, kerana mati itu sakit sekali; 
  • hendaklah ayah membawa baju saya kepada ibu sebagai kenang-kenangan dan katakanlah kepadanya :"Bersabarlah engkau terhadap perintah Allah", 
  • janganlah diberitahu kepadanya bagaimana cara ayah menyembelih saya dan bagaimana ayah mengikat tangan saya; 
  • hendaklah ayah tidak membawa anak-anak (seusia saya) ke rumah ibu, supaya rasa sedihnya tidak timbul kembali 
  • dan kalau ayah mengetahui anak yang sebaya saya, hendaklah ayah tidak melihatnya, sehingga ayah terkenang menjadi susah dan duka."
Maka kata Nabi Ibrahim a.s: "Sebaik-baik penolong, adalah engkau hai anakku, untuk melaksanakan perintah Allah Taala."

Dan diletakkan pisaunya pada leher puteranya, maka dia mulai menyembelihnya dengan kuat sekali, akan tetapi dia tidak mampu melukai lehernya.

Kemudian Nabi Ismail a.s berkata: "Wahai ayahku, lepaskanlah tali tangan dan kakiku, supaya Allah Taala tidak memandang saya sebagai orang yang terpaksa."

Maka Nabi Ibrahim pun menelentang kedua tangan Ismail dan kedua kakinya tanpa ikatan, serta memalingkan wajahnya ke arah  tanah, lalu menetak pisaunya dengan sekuat tenaga. Pisau itu membalik serta tidak dapat melukai leher Ismail dengan izin Allah.

Kata Ismail a.s: "Wahai ayahku, kekuatanmu menjadi lemah, kerana masih ada rasa cintamu kepadaku, sehingga ayah tidak dapat menyembelih saya,"

Maka Nabi Ibrahim memukulkan pisau itu kepada batu, dan batu itu terputus dua. Kata Ibrahim a.s: "Hai pisau, engkau mampu membelah batu, tetapi kamu tidak dapat memotong daging?"

Pisau itu berkata dengan izin Allah: "Hai Ibrahim, engkau mengatakan:"Potonglah!" sedangkan Allah berfirman: "Jangan engkau potong", maka bagaimana saya mentaati engkau sedangkan saya harus pula mendurhakai Tuhanmu?" Kemudian Allah berfirman: "Dan Kami (Allah) menyeru: Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu dan sesungguhnya Kami membalas orang-orang yang berbuat baik."

Lalu Malaikat Jibril a.s telah datang membawa seekor kibas sebagai gantian Nabi Allah Ismail a.s.
(Dipadankan dari Kitab Durratunnasihin)

Firman Allah ﷻ:

وَقَالَ إِنِّى ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّى سَيَہۡدِينِ ,  رَبِّ هَبۡ لِى مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ ,  فَبَشَّرۡنَـٰهُ بِغُلَـٰمٍ حَلِيمٍ۬ , فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰ‌ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ ,  فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُ ۥ لِلۡجَبِينِ ,  وَنَـٰدَيۡنَـٰهُ أَن يَـٰٓإِبۡرَٲهِيمُ ,  قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآ‌ۚ إِنَّا كَذَٲلِكَ نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Bermaksud:
Dan beliau (Ibrahim) berkata: "Aku pergi kepada Tuhan ku, Dia akan menunjuki aku, ya Tuhanku! Berilah kiranya kepadaku anak yang soleh." Kemudian Kami (Allah) berikan kepadanya seorang anak yang penyantun. Maka ketika anak itu sudah sampai baligh (dewasa), Ibrahim berkata kepadanya: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam tidurku, bahawa aku menyembelih engkau, maka bagaimana pendapatmu?" Kata anaknya: "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepada ayah, insyaAllah ayah akan mendapati saya termasuk orang-orang yang sabar." Ketika keduanya telah patuh kepada Allah, dan dia (Ibrahim) telah membaringkan Ismail, dimiringkan pipinya ke tanah, lalu Kami serukan: "Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu dan sesungguhnya Kami membalas orang-orang yang berbuat baik." (Surah As Shaffaat: 99-105)

Perintah berkorban sebagai satu ujian

إِنَّ هَـٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَـٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ,  وَفَدَيۡنَـٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٍ۬

"Sesungguhnya perintah ini adalah satu ujian yang nyata. (106)  Dan Kami tebus anaknya itu dengan seekor binatang sembelihan yang besar." (Surah As Shaffaat: 37:106-107)

Allah muliakan orang yang berkorban

وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِى ٱلۡأَخِرِينَ ,  سَلَـٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ ,  كَذَٲلِكَ نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ ,  إِنَّهُ ۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

"Dan Kami kekalkan baginya (nama yang harum) dalam kalangan orang-orang yang datang kemudian. Salam sejahtera kepada Nabi Ibrahim!. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berusaha mengerjakan kebaikan.  Sesungguhnya Nabi Ibrahim itu dari hamba-hamba Kami yang beriman. (Surah As Shaffaat: 37:108-111)

Comments

Popular posts from this blog

Boleh atau Tidak Ucap Happy Deepavali?

Keperibadian Rasulullah s.a.w

Pakej Amal Jariah : Sewaan Ruangan Masjid